Lilik Ernawati, Kartini Modern Pejuang Melawan Kanker

0

Surabaya, LNM – Lilik Ernawati, pejuang wanita tangguh asal Jakarta yang tanpa terduga mengawali perjalanan hidup yang banyak ditakuti semua orang, khususnya wanita.

Diawali tahun 2014, tiba-tiba Lilik mengalami nyeri di payudara, tetapi seperti banyak wanita lainnya, dia mengabaikan gejala itu sebagai bagian dari siklus menstruasi yang biasa.

Namun, ketika benjolan mulai muncul, wanita yang kini menginjak usia 47 tahun ini, menyadari bahwa kondisi tersebut bukanlah sesuatu yang bisa diabaikan begitu saja.

“Saya pikir itu hanya sakit biasa yang akan hilang
dengan sendirinya. Tapi ketika benjolan muncul, saya tahu saya harus bertindak,” ungkap Lilik saat ditemui di sela-sela perayaan ulang tahun MedicElle Clinic ke 5 di Surabaya, Jawa Timur.

Berbekal dukungan dari keluarga dan teman-teman, Lilik langsung melakukan pemeriksaan ke dokter onkologi dan disarankan USG mammografi dan biopsi. Baru ketahuan ada tumor ganas yang bercokol di payudaranya. Mammografi ini merupakan tes pemindaian untuk melihat gambaran kelenjar payudara dan jaringan di sekitarnya.

Lilik pada akhirnya memilih Medicelle Clinic Surabaya. Karena pertimbangan semua tenaga medisnya adalah perempuan. Ia rutin melakukan perawatan dan bergaul bersama komunitas survivor maupun penyintas. Semua seperti saudara bagi dirinya. Lilik berjuang delapan tahun lamanya.

“Saya ditangani oleh Medicelle Clinic,” katanya.

Ia sempat mengalami gejala kanker berulang sampai tiga kali dalam masa tersebut. Lilik total menjalani tiga paket kemoterapi. Setiap paket membutuhkan 6-7 kali kemoterapi.

“Kalau ditotal saya sudah 18 kali kemoterapi ditambah dengan radiasi, operasi tiga kali. Terakhir saya operasi tahun 2018 dengan dr Sahar Bawazier,” kata Lilik.

Alhamdulillah, perjuangan Lilik membuahkan hasil. Pada tahun kelima dibawah penanganan tenaga medis Medicelle Clinic dan terus melakukan cek rutin hingga sekarang, Lilik telah dinyatakan bebas kanker. Dari survivor, Lilik kini menjadi penyintas.

Tiap satu tahun sekali, Lilik melakukan USG payudara dan mammografi ulang. Walaupun dinyatakan bebas kanker payudara, screening tetap harus dilakukan guna memastikan kanker tak lagi muncul.

Penyebab kanker payudara sendiri multifaktor. Kanker termasuk tumor ganas. Tidak ada yang bisa memastikan kemunculannya. Maka penting melakukan pemeriksaan sejak dini.

Begitu pula bagi yang kemungkinan sudah terdeteksi kanker payudara, jangan sampai menghindari pengobatan medis dengan alasan biaya. Kebanyakan justru beralih ke pengobatan alternatif. Padahal nyawa di atas segalanya.

“Mereka yang melakukan pengobatan alternatif kayaknya kehabisan biasa juga karena nggak sembuh-sembuh juga. Biaya yang mereka keluarkan bahkan lebih banyak daripada kalau dia langsung ke medis,” kata Lilik.

Saat datang ke pengobatan medis, dikhawatirkan sudah terlambat tertangani. Karena tidak melakukan treatment secara bertahap sejak awal.

Dokter Sahar Bawazier selaku spesialis bedah umum dan payudara sekaligus Direktur serta Founder Medicelle Clinic mengatakan, bahwa selama ini pasien kanker payudara malu melakukan pemeriksaan lanjutan.

Sebab mereka kerap ditangani dokter laki-laki. Oleh karena itu, Medicelle Clinic sering menjadi pilihan dalam penanganan kanker.

Di sisi lain, Medicelle Clinic terus bergerak mengubah mindset agar para perempuan melakukan pemeriksaan lebih dini agar pengobatan berjalan optimal. Tahun ini keberadaan Medicelle Clinic Surabaya telah memasuki tahun kelima.

Tren kanker payudara disebutnya terus meningkat. Namun rata-rata pasien baru merasakan ketika sudah tahap stadium lanjut. Paling banyak usia 30-45 tahun.

“Ada beberapa stadium awal tapi lebih banyak stadium lanjut. Namun sekarang sudah lebih banyak yang datang ketika stadium awal,” ujar Sahar Bawazier didampingi dr Citra Kumala.

Klinik ini memiliki alat-alat canggih pendeteksi kanker payudara. Misal alat Mamografi 3D. Karena wanita di Asia memiliki kontur payudara yang padat sehingga memerlukan peralatan seperti ini.

“Alat kita lebih canggih, semua ada hingga biopsi. Pasien tidak perlu keluar lagi untuk penanganan,” jelasnya.

Kanker payudara sendiri bisa disembuhkan melalui penanganan medis. Kanker juga merupakan faktor genetik. “Tetapi sembuhnya bukan seperti penyakit infeksi, kita bilang remisi,” tambahnya.

Terutama pada stadium awal kemungkinan sembuh mencapai 90-100 persen. Memang masih ada kemungkinan kambuh lagi, tapi bisa dicegah dengan pengobatan selama belum ada penyebaran. Pengobatan bisa maksimal, pasien bisa disembuhkan.

Sahar Bawaziermengimbau para perempuan rutin Periksa Payudara Sendiri atau SADARI. Jika menemukan gejala diharapkan segera ke dokter untuk melakukan screening.

Bertepatan momentum peringatan Hari Kartini, dr Sahar Bawazier ingin terus menggencarkan edukasi akan bahaya kanker payudara kepada kaum hawa. Edukasi tentang pentingnya peduli pada kesehatan payudara, sebab masih banyak perempuan takut melakukan screening payudara. (Dang)

Leave A Reply

Your email address will not be published.